skripsi KEMAMPUAN MENERAPKAN STRUKTUR KALIMAT TANYA BAHASA INDONESIA MURID KELAS V SD INPRES BATEBALLA KABUPATEN BANTAENG

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara telah diajarkan pada semua jenjang pendidikan, yaitu dari jenjang pendidikan sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Pada golongan masyarakat tertentu bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pertama. Akan tetapi, kenyataan seperti itu tidak menjamin terpenuhinya tuntutan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah- sekolah. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik, terutama murid SD, SLTP, dan bahkan SMA belum mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Abidin dalam (Abdullah 1991 : 1 - 2 ) mengemukakan bahwa “ penguasaan bahasa Indonesia oleh masyarakat sulawesi selatan masih kacau balau.”
Dengan memperhatikan hal diatas, maka perlu ditetapkan suatu langkah untuk mencari jalan pemecahannya. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah mengkaji penyebab munculnya masalah itu. Penyebab utama kekurangmampuan para murid menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah kurangnya penguasaan tata bahasa khususnya struktur kalimat. Usaha seperti itu telah banyak dilakukan penelitian oleh pihak yang menaruh perhatian terhadap terwujudnya pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Abdullah (1991 : 19 – 20 ) menemukan “ murid SD Negeri 1 Watampone kurang mampu membuat variasi kalimat bahasa indonesia .” kekurangmampuan murid SD Negeri 1 watampone membuat variasi kalimat bahasa Indonesia disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap struktur kalimat. Dengan demikian, diperlukan pengetahuan yang memadai tentang penguasaan struktu kalimat bahasa Indonesia khususnya pada murid SD dan tingkat SLTP.
Berdasarkan kondisi sekolah tingkat prestasi belajar siswa masih reda khususnya di mata pelajaran bahasa Indonesia, tetang penggunaan struktur kalimat tanya. Sampai saat ini, khususnya SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng diketahui tingkat penguasaannya terhadap struktur kalimat, khususnya kalimat tanya. Oleh karena itu, untuk memperoleh data yang akurat mengenai penguasaan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia murid kelas V SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng perlu dilakukan penelitian.
Penelitian tentang kemampuan menggunakan struktur kalimat bahasa Indonesia pernah dilaksanakan oleh Muing (1994 ) di SD Negeri Amali Kabupaten Bone. Akan tetapi, penelitian tersebut hanya berfokus pada jenis kalimat tunggal dan kalimat majemuk, sedangkan penelitian ini mengambil fokus penelitian pada struktur kalimat tanya.
Penggunaan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia khususnya murid di lingkungan SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng masih banyak yang belum mengetahui penggunaan struktur kalimat tanya yang benar terutama penggunaan dalam bahasa lisan. Hasil penelitian tentang penguasaan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia murid kelas V SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng sangat penting bagi pengajaran bahasa Indonesia, baik yang bertugas sebagai pemegang kebijakan maupun yang bertugas sebagai guru di lapangan. Di samping itu, penelitian ini berguna sebagai pengembangan bahasa Nasional yang sejalan dengan politik Bahasa Nasional, perencanaan, pembinaan dan pengembangan bidang pengajaran bahasa Indonesia, khususnya murid kelas V SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng.
Berdasarkan latar belakang di atasa peneliti tertarik meneliti kemampuan murid menggunakan kalimat tanya bahasa Indonesia pada murid kelas V SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya “Bagaimanakah Kemampuan Menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng?”
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui kemampuan menerapkan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia murid kelas V SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng.


Manfaat hasil penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pelajaran bahasa Indonesia, khususnya kemampuan menggunakan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia.
Bagi peneliti, memberikan masukan dalam upaya pembinaan pengajaran bahasa Indonesia khususnya guru SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru SD dalam pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bagi guru, agar dalam pelaksanaan proses pembelajaran tentang penggunaan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia dapat lebih efektif.
Meningkatkan motivasi murid untuk belajar menggunakan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia.
Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan kegiatan mengajar guru khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng.
Sebagai latihan bagi penulis dalam membuat suatu karya ilmiah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
Tinjauan pustaka
Pada uraian ini akan diuraikan secara rinci teori yang relevan dengan penelitian. Kerangka teori yang dimaksud tersebut adalah teori yang relevan dengan struktur kalimat.
Pengertian kalimat
Wujud pemakaian bahasa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis adalah berupa kalimat. Masing- masing kalimat terdiri dari kata- kata yang disusun menurut kaidah- kaidah gramatikal yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Menurut Muing (1994 :6) “ kalimat dalam bahasa indonesia tentunya terdiri dari kata- kata bahasa indonesia yang disusun berdasarkan kaidah yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan”.
Menurut Blomfiels (dalam Parera, 1988 : 6) menguraikan “ kalimat adalah suatu bentuk maksimal dalam beberapa ucapan”. Bentuk ketatabahasaan yang lebih luas disebut kalimat. Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan Hocket (dalam Parera,1998 : 2), yang menyatakan “ kalimat adalah sebuah bentuk yang tidak dalam pengkonstruksian dengan bentuk gramatikal lain; sesuatu yang bukan merupakan unsur pokok dalam sebuah konstituen”.
Jika dilihat dari segi ketatabahasaan, maka kalimat diartikan sebagai bagian dari ujaran atau teks yang memilki makna yang utuh. Hal itu sejalan dengan pendapat Muslich (1990 : 115) yang menyatakan bahwa “ kalimat adalah bagian terkecil dari ucapan atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan”. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Yohanes (1991 : 2) yang menyatakan “kalimat adalah bagian terkecil dari tulisan atau teks yang mengungkapkan pikiran dan perasaan yang utuh secara ketatabahasaan”. Pendapat yang terakhir ini menitik beratkan pengertian kalimat pada jenis bahasa tulis. Hal ini dimaklumi karena pembahasannya mengenai kalimat yang terdapat dalam dunia karang – mengarang.
Alisyahbana (1993: 71))mengemukakan:
Dari aspek komunikasi dinyatakan bahwa kalimat adalah sajian bentuk bahasa yang terkecil, yang mengungkapkan suatu susunan pikiran yang lengkap sehingga komunikasi antara orang yang mengucapkan atau menuliskan kalimat terjadi dengan orang yang mendengar atau membacanya. Dengan demikian, kalimat merupakan unsur bahasa yang terkecil yang digunakan dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Kalimat yang digunakan mengungkapkan susuna pikiran sehingga terjadi sebuah komunikasi.

Pada dasarnya kalimat itu merupakan gugusan kata berstruktur atau bersistem yang mampu menimbulkan makna yang sempurna. Hal yang hampir sama dikemukakan oleh Fachruddin (1988 : 2) “kalimat adalah kelompok kata yang mempinyai arti tertentu, terdiri dari subyek dan predikat tidak bergantung pada suatu konstruksi gramatikal yang lebih besar”. Kedua pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa kalimat itu harus memilki arti atau makna tersendiri dan bebas dari bentuk yang lain. Dalam hal itu makna yang dimiliki oleh sebuah kalimat tidak tergantung pada konstruksi apapun.
Batasan yang lebih sederhana menyatakan bahwa pada dasarnya tiap- tiap kalimat terdiri atas dua bagian yang isi mengisi (Fokker, 1983 : 15) Sartumi, (dalam Rokmah, 1994 : 12) menyatakan “kalimat ialah bentuk tuturan yang sekurang- kurangnya terdiri atas subjek dan predikat”. Dengan demikian, kalimat terdiri atas sekurang- kurangnya dua unsur inti, yaitu subjek dan predikat.
Dengan melihat berbagai batasan yang telah diutarakan dapatlah disimpulkan bahwa para prinsipnya kalimat merupakan suatu bentuk yang memiliki kaidah dan kaidah tersebut harus dipatuhi. Kalimat adalah untaian kata morfem yang susunannya tunduk pada kaidah. Kaidah tatabahasalah yang menetapkan bagaimana morfem atau kata dapat tersusun untuk menyatakan makna yang khusus. Memahami bahasa berarti memahami untaian morfem yang diizinkan. Untaian yang sesuai dengan kaidah sintaksis disebut kalimat; atau lengkapnya disebut kalimat gramatikal (Soenardji, 1989 : 49) gramatikal yang dimaksud adalah “subsistem dalam organisasi bahasa dimana satuan- satuan yang lebih besar” (Kridalaksana, 1984 : 57).
Secara rinci, (Kridalaksana, 1984 : 83) memberikan batasan kalimat seperti berikut:
Satuan bahasa yang secara aktif berdiri sendiri, mempunyai pola instansi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa, b) klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan satuan klausa yang membentuk satuan bebas jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya, c) konstruksi gramatikal yang terdiri atas, satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan.

Struktur kalimat
Istilah struktur kalimat biasanya bertumpan tindih dengan istilah konstruksi kalimat. Akan tetapi keduanya saling terkait dan saling membantu dalam membicarakan salah satu diantara keduanya. Menurut Sannang (1983: 76), istilah konstruksi kalimat yang digunakan kalau kalimat itu dilihat sebagai suatu susunan yang terdiri dari beberapa frase/klausa, sedangkan istilah struktur kalimat biasanya digunakan bila kalimat biasanya digunakan bila kalimat- kalimat itu dilihat sebagai satuan sintaksis yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya baik secara gramatikal maupun secara klasikal.
Dengan memperhatikan uraian tersebut, maka jelaslah bahwa struktur kalimat adalah merupakan kaidah yang mengatur keterhubungan unsur- unsur bahasa dalam makna yang utuh. Dengan demikian, struktur merupakan tata aturan yang bermakna dan harus ditata dalam menyusun kalimat yang bermakna.
Uraian di atas sejalan dengan batasan yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1984 : 183) bahwa:
Struktur dalam perangkat unsur yang ada hubungan ekstrinsik: unsur dan hubungan tersebut bersifat abstrak dan bebas dari yang bersifat intiutif; organisasi berbagai unsur bahasa yang masing- masing merupakan pola yang bermakna : pengaturan pola- pola secara sistimatik. Jadi struktur itu tidak lain adalah pengaturan makna.

Kalimat tanya
Jika dilihat dari segi makna yang dikandungnya, kalimat dibedakan atas jenis kalimat. Salah satu jenis kalimat tersebut adalah kalimat tanya. Kalimat tanya ini banyak ditemukan dalam penggunaan bahasa indonesia percakapan.
Kalimat tanya dapat diartikan sebagai kalimat yang mengandung intonasi dan makna pertannyaan (Ali, 1997 : 43). Hal tersebut sejalan dengan batasan yang dikemukakan oleh Moeliono (1997 : 288). Bahwa “kalimat tanya yang biasa dinamakan kalimat intogratif adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Jika ingin mengetahui jawaban terhadap suatu masalah atau keadaan, maka dapat dinyatakan dengan memakai kalimat tanya”.
Menurut Moeliono (1997 : 288) ada lima cara untuk membentuk kalimat tanya yaitu:
1) Dengan menambah kata apa (kah), 2) dengan membalikkan kata, 3) dengan memakai kata bukan atau tidak, 4) dengan mengubah intonasi, kalimat, dan 5) dengan memakai kata tanya. Penjelasan dan contoh dari cara kelima cara tersebut diuraikan secara rinci berikut ini.

Pembentukan kalimat tanya
Menambahkan kata apa (kah)
Kalimat berita dengan bentuk apapun (aktif, fasif dan sebagainya) dapat diubah menjadi kalimat tanya dengan menambahkan kata apa pada kalimat tersebut. Partikel –kah dapat ditambahkan pada kata tanya itu untuk memperluas dan lebih formal. Intonasi kalimat berita.
Perlu menjadi perhatian bagi para pemakai bahasa khususnya para guru dan murid bahwa partikel –kah hanya dapat diletakkan kata tanya apa, dan seluruh bentuk ini, apakah ditempatkan pada permulaan kalimat.
Membalikkan urutan kata
Kalimat tanya dapat dibentuk dengan mengubaha urutan kata dari kalimat berita. Ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam hal in i.
Jika dalam kalimat berita terdapat kata bantu seperti dapat, bisa, harus, sudah, dan mau, maka kata kata itu dapat dipindahkan kpermulaan kalimat dan ditambah partikel –kah. Kata bantu seperti sedang, akan, dan telah umumnya tidak dipakai dalam kalimat seperti ini.
Dalam kalimat yang predikatnya nomina atau adjektiva urutan subjek dan predikatnya dapat dibalikkan dan kemudian partikel –kah ditambahkan pada predikat.
Perlu diketahui bahwa kalimat yang berobjek dan berpelengkap pada umumnya diubah menjadi kalimat tanya dapat memakai partikel apa (kah).
Menempatkan kata bukan, belum atau tidak
Cara lain untuk membuat kalimat tanya adalah dengan menempatkan kata bukan, belum, atau tidak. Kata itu ditempatkan diakhir kalimatdan diselingi tanda koma.
Kata bukan dipakai dalam kalimat macam manapun untuk konfirmasi yakni penegasan tentang sesuatu yang ditanyakan. Kata belum, didahului kata apa hanya dipakai jika dalam kalimat ada kata sudah untuk menanyakan apakah sesuatu terjadi atau belum.kata tidak dipakai apabila tidak ada kata sudah dalam kalimat untuk menanyakan apakah sesuatu terjadi atau tidak.
Intonasi yang baik
Salah satu cara untuk membentuk kalimat tanya adalah dengan mempertahankan urutan kalimatnya seperti kalimat berita tetapi dengan intonasi yang naik. Urutan katanya adalah urutan kalimat berita; tetapi, jika dinyatakan dengan intonasi yang naik, maka berubah dengan kalimt tanya.
Memakai kata tanya
Cara yang paling umum dipakaidalam bentuk kalimat tanya adalh dengan memakai kata tanya seperti siapa, kapan, mengapa. Sebagian dari kata tanya itu dapat menanyakan unsur inti dari kalimat.
Kalimat tanya yang memakai kata tanya siapa atau apa yang juga menggantikan unsur inti dalam kalimat mengakibatkan perubahan struktur kalimat jika dipindahkan kedepan. Penenpatan apa dan siapa dipermulaan kalimat mengakibatkan dua hal : (1) Kata sambung relatif yang harus muncul, (2) Kalimat sesudah sambung ini harus dalam bentuk pasif.
Kata tanya apa dan siapa dipermulaan kalimat seperti contoh diatas menggantikan objek kalimat yang kemudian dipindahkan ke depan. Adapula pemakain lain dari kedua kata itu yakni untuk menggantikan subjek kalimat.
Penggunaan kalimat tanya seperti diatas telah menghilangkan sifat kenyataannya sehingga kalimat seperti itu telah dimasukkan kedalam kalimat berita. Dengan demikian, ada bentuk kalimat tanya yang kehilangan sifat kenyataannya.
Partikel pembentukan kalimat tanya
Partikel – kah
Menurut Moeliono (1997 : 247) partikel-kah kadang-kadang bersifat mana suka dan kadang-kadang wajib, tergantung pada macam mana kalimatnya. Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya.
Partikel -kah membentuk kalimat
Jika dalam kalimat tanya sudah ada kata tanya seperti apa, di mana dan bagaimana, maka –kah menjadikan kalimatnya menjadi formal dan sedikit lebih luas.
Jika dalam kalimat tanya, maka –kah akan memperjelas bahwa kalimat itu adalah kalima tanya. Kadang- kadang urutan katanya dibalik. Tanpa –kah kalimatnya tergantung pada cara kita mengucapkannya dapat berupa kalimat berita atau kalimat tanya.


Promina penanya
Promina penanya adalah promina yang dipakai sebagai keterangan pertanyaan. Dari segi maknanya, yang dinyatakan itu dapat mengenai (1) orang, (2) barang, atau (3) pilihan. Jika yang ditanyakan orang atau nama nama orang, promina siapa yang akan dipakai, jika yang ditanyakan barang, maka promina apa yang dipakai. Jika yang ditanyakan suatu pilihan tentang orang atau barang, maka promina mana yang akan dipakai. Disamping itu, ada kata penanya lain, meskipun bukan promina akan dibahasa pada bagian ini, kata- kata itu mempertanyakan(4) sebab,(5) wak,tu (6) tempat, (7) cara, dan (8) jumlah, urutan
Promina penanya apa mempunyai peranan yang berbeda, pertama, kata itu semata- mata mengubah kalimat berita menjadi kalimat tanya. Dalam pemakaian seperti itu, kata apa ditempatkan pada awal kalimat. Dalam bahasa yang formal ditambahkan dengan partikel –kah.
Kedua, kata apa juga dapat menggantikan barang atau hal yang ditanyakan. Jika kata itu diletakkan di tempat barang atau hal yang digantikannya, maka struktur urutan katanya masih tetap sama.contoh: Hilman membeli mobil. Menjadi Hilman membeli apa?
Contoh di atas memperhatikan bahwa posisi kata apa sama dengan mobil; karena itu, urutan katanya tidak berubah. Perlu dicatatat bahwa dalam bahasa indonesia tidak ada promina khusus pertanyaan yang mengelompokkan wujud manusia, binatang , barang lain. Untuk itu, promina apa dapat menggantikan hal tersebut.
Kata apa dan siapa berlainan dalam dua hal : (1) apa mengacu hal, benda, dan binatang, sedangkan siapa mengacu kepada manusia saja, (2) apa dapat berfungsi semata- mata sebagai pemerka kalimat tanya, sedangkan siapa harus menggantikan nomina dalam kalimat. Dalam perilaku sintaksisnya, siapa yang mengenai pula diikuti oleh apa. Sebagai kesimpulan dapat dilihat pada contoh berikut;
Siapa dapat menggantikan objek tanpa urutan kata, asalkan tempatnya sama dengan objek yang digantikannya.
Jika siapa sebagai pengganti objek diletakkan di muka kalimat, maka seluruh konstruksi kalimat berubah dan siapa menjadi predikat yang diikuti oleh subjek yang berwujud pronominal dengan yang. Sedangkan kalimat yang subjeknya mulai dengan yang, partikel–kah tidak dapat dipakai di belakang predikat.
Siapa dapat pula menggantikan subjek dan menduduki posisi awal kalimat sebagai predikat dengan ukuran yang sama, tetapi dengan ditambahkan kata yang.
Untuk menanyakan suatu pilihan tentang orang, barang, atau hal, maka pronominal yangdipakai adalah mana.
Jika digabungkan dengan preposisi di, ke dan dari, maka di mana menanyakan tempat berada, ke mana menanyakan tempat yang dituju, dari mana menanyakan tempat tempat asal atau tempat yang ditinggalkan. Dalam bahasa indonesia baku, posisi ketiga frase tersebut dapat mengisi posisi keterangan tempat yang digantikannya atau mengisi posisi pada awal kalimat.
Untuk menyatakan sebab terjadinya sesuatu, maka digunakanlah mengapa atau kenapa. Penggunaannya diletakkan pada awal kalimat, urutan katanya mengikuti urutan kalimat berita.
Promina yang digunakan dalam menanyakan waktu adalah promina kapan. Waktu yang dimaksud di sini adalah waktu terjadinya suatu peristiwa. Kata kapan ditempatkan pada awal kalimat dan dapat pula diikuti partikel –kah.
Lain halnya kalau kita akan menanyakan keadaan sesuatu cara untuk melakukan perbuatan, pronomina yang digunakan adalah bagaimana..
Di samping kata tanya yang telah dipaparkan di atas, ada pula frase tanya lain yang terdiri atas preposisi tertentu dengan kata apa dan siapa.dengan demikian, kita dapati frase dari apa, dari siapa, dengan siapa, dengan apa, untuk apa, dan sebagainya.
Apabila pertanyaan mengacu kepada alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan, maka yang dipakai adalah dengan apa dan bukan bagaimana. Untuk memberikan implikasi kejamakan, kata tanya apa, siapa, di mana, ke mana, dan dari mana diikuti oleh kata saja.

Kerangka pikir
Dengan memperhatikan uraian yang telah dipaparkan pada kajian, maka pada bagian ini dipaparkan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai landasan berfpikr untuk landasan selanjutnya. Landasan berpkir yang dimaksud akan mengarahkan penulis untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan untuk itu penulis akan menguraikan secara rinci landasan pikir penelitian ini.
Untuk mampu berbahasa Indonesia dengan baik terlebih dahulu harus mampu menerapkan kaidah bahasa Indonesia, khususnya struktur kalimat.
Untuk mengetahui kaidah bahasa Indonesia, dibutuhkan waktu yang cukup, latihan yang teratur dan sikap positif terhadap pemakaian bahasa Indonesia.
Menguasai bahasa Indonesia khususnya struktur kalimat, berarti dapat mengungkapkan ide atau gagasan yang baik. Dalam penelitian ini dapat mengarah pada tujuan yang hendak dicapai, maka kerangka pikir dapat dilihat skema sebagai berikut:





Penerapan
Kaidah
Bahasa Indonesia
Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik

Struktur kalimat tanya

Gagasan/ide
Yang baik

Kerangka Pikir












BAB III
METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu untuk melukiskan dan menafsirkan keadaan sesuatu atau sedang terjadi.
Peubah dan Definisi Operasional
Peubah dalam penelitian ini, yaitu kemampuan menggunakan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia murid kelas V SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng.
Agar tidak terjadi penafsiran ganda terhadap istilah yang digunakan. Adapun istilah yang dimaksud sebagai berikut:
Kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan dalam menggunakan struktur kalimat tanya.
Menggunakan adalah kemampuan memahami dan menerapkan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia baik secara lisan maupun secara tertulis.
Struktur kalimat tanya bahasa Indonesia adalah susunan kata dan hbungan kata atau frase dalam kalimat tanya. Struktur kalimat tanya adalah bentuk keterkaitan unsur- unsur dalam kalimat tanya dalam kaidah tertentu dalam sebuah penelitian.
Populasi Dan Sampel
Populasi
Sebelum diuraikan lebih lanjut penggunaan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia dalam penelitian ini terlebih dahulu harus dipahami apa yang dimaksud “populasi dalam penelitian (Arikunto 1992 : 102) menayatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dengan demikian, populasi itu dapat berupa kelompok individu, peristiwa atau objek”.
Populasi adalah sekelompok individu, atau peristiwa yang memilki sifat yang sama yang menjadi pusat perhatian penelitian. Uraian ini sejalan dengan batasan yang diberikan oleh Hanafie (1997 : 57) bahwa “Sasaran penelitian berupa objek yang banyak, maka dengan sendirinya terdiri dari beberapa bagian”. Keseluruhan objek penelitian itulah yang dinamakan populasi. Populasi penelitian ini adalah murid kelas V SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng. populasi adalah meliputi seluruh murid kelas V SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng. populasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 1 Populasi dan Sampel Penelitian
NO KELAS JUMLAH SISWA
1. V 30
JUMLAH 30
Sumber : SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng


Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya sama yang hendak diselidiki. Oleh karena populasi tidak terlalu besar, maka semua murid kelas V SD Inpres Bateballa diambil semua sebanyak 30 murid. hal ini berdasarkan pendapat Arikunto (1992 : 107) sebagai berikut bahwa “untuk sekedar ancar –ancar apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga dalam penelitian ini merupakan penelitian populasi”.
Berdasarka hal tersebut maka seluruh murid kelas V SD Bateballa kabupaten Bantaeng sebanyak 30 murid.
Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang lengkap mengenai penguasaan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia murid SD murid kelas V SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng digunakan beberapa tehnik pengumpulan data yang releva sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes.
Tes dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data tentang kemampuan penguasaan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia. Tes yang digunakan adalah tes objektif dengan empat alternatif jawaban. Murid yang menjawab benar mendapat nilai satu. Jenis tes ini dipilih atas dasar bahwa murid kelas V SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng telah terbiasa mengerjakan tes pilihan ganda.
Untuk menentukan tes kelayakan tes ini, maka materi yang diambil dalam istrumen disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di SD kelas V, di samping itu, diujikan kepada murid terlebih dahulu diadakan uji coba kepada murid yang tidak termasuk dalam populasi penelitian. Uji coba ini dilakukan untuk menilai apakah tes yang digunakan in tidak terlalu mudah atau terlalu sulit bagi murid sampel.
Jumlah soal yang diuji cobakan adalah 30 butir soal. Setelah diadakan analisa untuk mengetahui soal yang layak digunakan dalam penelitian ini, tinggal 25 soal.
Tehnik Analisis Data
Data tentang penguasaan struktur kalimat tanya dalam bahasa Indonesia murid kelas V SD Inpres Bateballa kabupaten Bantaeng yang diperoleh dan diolah dengan tehnik statisti deskriptif. Data yang diperoleh melalui instrumen berupa tes kemampuan. Sedangkan data lainnya hanya dipaparkan guna memperkuat data yang telah diperoleh melalui tes.
Tehnik statistik deskriptif dianggap tepat digunakan untuk mengolah data karena ruang lingkup penelitian ini berfokus pada satu variabel. Variabel yang dimaksud adalah kemampuan menggunkan struktur kalimat tanya bahasa Indonesia.
Langkah-langkah dalam menganalisis dapat dikemukakan sebagai berikut:
Membuat daftar skor mentah
Membuat distribusi frekuensi dari skor mentah
Mengukur tendeksi sentral dengan menggunakan rata- rata dengan rumus:
(∑ fi. xi)
X =
∑ fi

Keterangan :

X = rata- rata hitung
Fi = frekuensi
Xi = titik tengah
Mengukur penyebaran nilai dengan menggunakan deviasi standar
Rumus yang dipakai untuk mencari deviasi standar adalah sebagai berikut:
n(∑ fi . xi) – (∑ fi . xi)
S2 =
n( n - 1)

keterangan :
s = deviasi standar
n = jumlah sampel
fi = frekuensi
xi = titik tengah
Untuk mendapatakan standarisasi hasil pengukuran, maka dilakukan transformasi dari skor mentah dalam skor nilai berskala 1 sampai 10 sebagai berikut:
Tabel 2 konversi angka ke dalam nilai 1-10
Skala sigma Nilai Skala angka Ekuivalen nilai mentah
+ 2.25 10 Mean +(2.25 DS) ….
+1.75 9 Mean +(1.75 DS) ….
+ 1.25 8 Mean +(1.25 DS) …
+ 0.75 7 Mean +(0.75 DS) ….
+ 0.25 6 Mean +(0.25 DS) ….
-0.25 5 Mean –(0.25 DS) ….
-0.75 4 Mean –(0.75 DS) …
-1.25 3 Mean –(1.25 DS) …
-1.75 2 Mean –(1.75 DS) ….
-2.25 1 Mean –(2.25 DS) ….
Sumber : agmadi dkk (1981 : 72)
Dengan menggunakan konversi angka ke dalam nilai berskala satu dengan 1-10 nilai tersebut, skor mentah dapat diubah menjadi skor jadi yang telah diperoleh dapat menggambarkan penguasaan murid terhadap struktur kalimat tanya bahasa indonesia. Untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari hasil pengolahan data, maka digunakan tabel frekuensi dan persentase nilai.



BAB IV
DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DATA PENELITIAN
Dalam mentah yang diperoleh di lapangan telah terhimpun maka untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, peneliti menyajikan hasil penelitian tersebut untuk dianalisis selanjutnya.
Penelitian ini Kemampuan Menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng disajikan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data penelitian yang menggambarkan bagaimana kemampuan menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia yang dinyatakan dalam bentuk angka, sedangkan data kuantitatif adalah adalah data penelitian yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan.
Data kuantitatif
Pada table 4, 5, dan 6 dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang diperoleh murid adalah 22, dan skor terendah yang diperoleh murid ssampel adalah 6. Skor mentah yang tertera pada table 4, 5, dan 6 akan diolah lebih lanjut. Untuk mempermudah pengelolaan data itu perlu pengelompokan skor untuk mencari frekuensi, mean, dan deviasi standar. Untuk lebih jelasnya, pengelompokan skor tersebut dapat dilihat pada table 4, 5 berikut ini.
Table 3.1. Distribusi frekuensi skor Kemampuan Menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng

Interval Frekuensi
(fi) Titik tengah Produk
(xi) Xi2 fi.xi fi (xi)2
6-8 7 7 49 49 343
9-11 10 10 100 100 1.000
12-14 2 13 169 26 338
15-17 3 16 256 48 768
18-20 7 19 361 133 2.527
21-23 1 22 484 22 484
Jumlah 30 378 5.460

Langkah selanjutnya adalah menentukan ukuran tendensi sentral yang dipakai dalam mengelolah data penelitian ini, yang mencapai rata-rata ( x ) atau mean. Rumus yang dipakai adalah :
(∑ fi.xi)
X =
∑ fi

Dengan demikian mengoperasikan rumus tersebut, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
378
X =
30

X = 12,6
Dengan demikian, dapat diketahui rata-rata skor penguasaan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng adalah 12,6.
Langkah selanjutnya adalah mencari deviasi standar sebagai ukuran penyebaran. Rumus yang dipakai untuk mencapai deviasi standar adalah sebagai berikut :
30 (5.460) - (378)2
s2 =
30 (30-1)

163,800 – 142,884
s2 =
30 (29)
20.916
s2 =
870

s2 = 24,04

s2 = √(24,04 )

s2 = 4,90

Dengan demikian, diperoleh standar deviasi 4,90. Selanjutnya mean dan deviasi standar yang telah diperoleh ditransfer ke dalam konversi angka berskala 1 – 10. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada table berikut.


Tabel. 4.2. Transformasi skor ke dalam konversi angka berskala 1 – 10.
Skala Sigma Nilai Skala Angka Ekuifalen
+ 2,25 10 12,6 + (2,25 x 4,9) = 23,63 23 – 25
+ 1,75 9 12,6 + (1,75 x 4,9) = 21,18 21 – 22
+ 1,25 8 12,6 + (1,25 x 4,9) = 18,73 19 – 20
+ 0,75 7 12,6 + (0,75 x 4,9) = 16,28 16 – 18
+ 0,25 6 12,6 + (0,25 x 4,9) = 13,83 14 – 15
0,25 5 12,6 - (0,25 x 4,9) = 11,37 11 – 12
0,75 4 12,6 - (0,75 x 4,9) = 8,92 9 – 10
1,25 3 12,6 - (1,25 x 4,9) = 6,47 6 – 8
1,75 2 12,6 - (1,75 x 4,9) = 4,02 4 – 5
2,25 1 12,6 - (2,25 x 4,9) = 1,57 2 – 3

Dengan memperhatikan data yang tertera pada table di atas, dapatlah ditentukan nilai jadi setiap murid. Nilai jadi setiap murid tersebut akan diolah lebih lanjut untuk menentukan sampai dimana penguasaan murid terhadap struktur kalmia Tanya Bahasa Indonesia. Table yang digunakan dalam mengelolah data setiap murid sampel adalah tabel frekuensi dan persentase.
Tabel persentase dipkai untuk mengelolah data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Untuk jelasnya, frekuensi dan persentase tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3. Frekuensi dan peresentase nilai murid
Nilai Frekuensi Persentase
10 - -
9 1 3,33
8 4 13,33
7 3 10,0
6 4 13,33
5 6 20,0
4 5 16,67
3 7 23,33
2 - -
1 - -
Jumlah 30 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh murid sampel beragam. Murid yang memperoleh 10 (sepulu) tidak ada, nilai 9 (Sembilan) 1 (satu) orang atau 3,33%, nilai 8 (delapan) sebanyak 4 (empat) orang atau 13,33%, nilai 5 (lima) sebanyak 6 (enam) orang atau 16,67%, niali 3 (tiga) sebanyak 7 (tujuh) orang atau 23,33%, dan tidak ada yang mendapatkan nilai 2 (dua) dan 1 (satu).
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi skor Kemampuan Menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng.
Interval Frekuensi
(fi) Titik tengah Produk
(xi) (x)2 (fi.xi) fi (xi)2
6-8 - 7 - - -
9-11 4 10 100 40 400
12-14 9 13 169 117 1.521
15-17 9 16 256 144 2.304
18-20 7 19 361 133 2.527
21-23 2 22 481 44 962
Jumlah 30 478 7.714

Langkah selanjutnya adalah menentukan ukuran tendensi sentral yang pakai dalam mengelolah data penelitian ini, yang mencari rata-rata (x) atau mean. Rumus yang dipakai adalah :
(∑ fi. xi)
X =
∑ fi
Dengan mengoperasikan rumus tersebut, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
478
X =
30
X = 15,93

Dengan demikian dapat diketahui bahwa rata-rata skor Kemampuan Menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng adalah 15,93.
Langkah selanjutnya adalah mencari deviasi standar sebagai ukuran penyebaran. Rumus yang dipakai untuk mencari deviasi standar adalah sebagai berikut :
30 (7.714) - (478)2
s2 =
30 (30-1)

231.420 – 228.484
s2 =
1.056
2936
s2 =
870

s2 = 3,37

s2 = √(3,37 )

s2 = 1,83
Dengan demikian, diperoleh standar deviasi 3,34. Selanjutnya mead dan deviasi standar yang telah diperoleh ditransfer kedalam konversi angka 1 – 10. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.5.Transformasi Skor ke dalam konversi angka berskala 1 – 10
Skala Sigma Nilai Skala Angka Ekuifalen
+ 2,25 10 15,55 + (2,25 x 3,34) = 23,07 23 – 25
+ 1,75 9 15,55 + (1,75 x 3,34) = 21,4 21 – 22
+ 1,25 8 15,55 + (1,25 x 3,34) = 19,73 19 – 20
+ 0,75 7 15,55 + (0,75 x 3,34) = 18,06 18
+ 0,25 6 15,55 + (0,25 x 3,34) = 16,39 16 – 17
0,25 5 15,55 - (0,25 x 3,34) = 14,71 14 – 15
0,75 4 15,55 - (0,75 x 3,34) = 13,04 13
1,25 3 15,55 - (1,25 x 3,34) = 11,37 11 – 12
1,75 2 15,55 - (1,75 x 3,34) = 9,7 9 – 10
2,25 1 15,55 - (2,25 x 3,34) = 8,03 8

Dengan memperhatikan data yang tertera pada tabel diatas dapatlah ditentukan nilai jadi setiap murid sampel. Nialai jadi setiap murid sampel tersebut akan diolah lebih lanjut untuk menentukan sampai dimana kemampuan murid terhadap Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia. Tabel yang digunakan dalam mengelolah data setiap murid sampel adalah tabel frekuensi dan persentase.
Tabel persentasi dipakai untuk mengelolah data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Untuk lebih jelasnya, frekuensi dan persentase tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6. frekuensi dan persentase nilai murid
Nilai Frekuensi Persentase
10 - -
9 2 6,66
8 2 6,66
7 6 20
6 6 20
5 3 10
4 5 16,66
3 4 13,33
2 1 3,33
1 - -
Jumlah 30 100

Tabel ditas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh murid beragam. Murid yang memperoleh 10 tidak ada, nilai sembila dua orang atau 6.66% nilai delapan sebanyak dua orang atau 6,66% nilai tujuh sebanyak enam orang atau 20 %, nilaia enam sebanyak enam orang atau 20 %, nilai lima tiga orang atau 10 %, nilai empat sebanyak lima orang atau 16,66 %, dan tidak ada yang mendapat angka satu.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi skor Kemampuan Menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng.

Interval Frekuensi
(fi) Titik tengah Produk
(xi) x2 (fi.xi) fi (xi)2
6-8 2 7 49 14 98
9-11 3 10 100 30 300
12-14 6 13 169 78 1.014
15-17 11 16 256 176 2.816
18-20 5 19 361 95 2.805
21-23 3 22 481 66 1.443
Jumlah 30 459 7.476
Langkah selanjutnya adalah menentukan ukuran tendensi sentral yang dipakai dalam mengelolah data penelitian ini, yaitu mencari rata-rata ( x ) atau mean. Rumus yang dipakai adalah :
(∑ fi.xi)
X =
∑ fi

Dengan mengoperasikan rumus tersebut, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
459
X =
30

X = 15,3

Dengan demikian dapat diketahui bahwa rata-rata skor kemampuan menggunakan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng adalah 15,3.
Langkah selanjutnya adalah mencapai deviasi standar sebagai berikut :
30 (7.476) - (459)2
s2 =
30 (30-1)


224280 – 210.681
s2 =
30 (30-1)
13.599
s2 =
870

s2 = √(15,63 )

s2 = 3,95
Dengan demikian, diperoleh standar deviasi 3,95. Selanjutnya mean dan deviasi standar yang telah diperoleh ditransfer kedalam konversi angka 1 – 10 untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.8.Transformasi Skor ke dalam konversi angka berskala 1 – 10
Skala Sigma Nilai Skala Angka Ekuifalen
+ 2,25 10 15,3 + (2,25 x 3,95) = 24,19 24 – 25
+ 1,75 9 15,3 + (1,75 x 3,95) = 22,21 22 – 23
+ 1,25 8 15,3 + (1,25 x 3, 95) = 20,24 20 – 21
+ 0,75 7 15,3 + (0,75 x 3, 95) = 18,26 18 – 19
+ 0,25 6 15,3 + (0,25 x 3, 95) = 16,29 16 – 17
0,25 5 15,3 - (0,25 x 3, 95) = 14,31 14 – 15
0,75 4 15,3 - (0,75 x 3, 95) = 13,34 12 – 13
1,25 3 15,3 - (1,25 x 3, 95) = 10,36 10 – 11
1,75 2 15,3 - (1,75 x 3, 95) = 8,39 8 – 9
2,25 1 15,3 - (2,25 x 3, 95) = 6,41 6 – 7

Dengan memperhatikan data yang tertera pada tabel di atas dapatlah ditentukan nilai jadi setiap murid sampel. Nilai jadi setiap murid sampel tersebut akan di olah lebih lanjut untuk menentukan sampai dimana kemampuan murid terhadap Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia. Tabel yang digunakan dalam mengelolah data setiap murid sampel adalah tabel frekuensi dan persentase.
Tabel persentase dipakai untuk mengelolah data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Untuk lebih jelasnya, frekuensi dan persentase tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9. frekuensi dan persentase nilai murid
Nilai Frekuensi Persentase
10 - -
9 2 6,07
8 2 6,67
7 4 13,33
6 9 30,0
5 3 10.0
4 5 16,67
3 2 6,67
2 1 3,33
1 2 6,67
Jumlah 30 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh murid beragam. Murid yang meperoleh sepuluh tidak ada, nilai Sembilan dua orang atau 6,67%, nilai delapan sebanyak dua orang atau 6,67 %, nilai tujuh sebanyak empat orang atau 13,33 %, nilai enam sebanyak Sembilan orang atau 30 %, nilai lima tiga orang atau 10 %, nilai empat sebanyak lima orang atau 16,67 %, nilai tiga sebanyak dua orang atau 6,67 %, nilai dua sebanyak satu orang atau 3,33 % dan nilai satu sebanyak dua orang atau 6,67 %.
Data Kualitatif
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwahasil kualitatif adalah rumusan hasil penelitian dalam bentuk pernyataan sebagai pengujian kapasitas, sehingga hasil kuantitatif diperoleh. Maka hasil tersebut dinyatakan secara kualitatif yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan sebagai berikut :
Kriteria pengujian
Kemampuan Menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng apabila 85 % dari jumlah sampel yang medapatkn nilai paling rendah 6,5 dari skla penilaian 1 – 10.
Hasil pengelolaan data

Tabel 4.10. Hasil Pengelolaan data yang diperoleh melalui tes

No Frekuensi
(fi) Kategori
6,5 ke atas (mampu) Persentase (%) 6,5 ke bawah (kurang mampu) Persentase (%)
1 V 8 26,66 22 73,34
Jumlah 8 26,66 22 73,34

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa Kemampuan Menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng yaitu murid sampel yang mendapatkan nilai 6,5 ke atas sebanyak 8 orang atau 26,66 %, sedangkan murid yang mendapatkan 6,5 ke bawah sebanyak 22 orang atau 73,34 %.
Pembahasan
Pada bagian ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian. Hasil penelitian yang dimaksud adalah kesimpulan yang diperoleh mulai data yang terkumpul dan hasil analisis yang telah dilakukan. Berikut akan diuraikan secara rinci.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa Kemampuan Menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng belum memadai. Dengan demikian tugas selanjutnya adalah mencari penyebab kekurangan murid tersebut dalam mempelajari struktur kalimat Tanya Bahasa Indonesia masih jauh dari standar kemampuan yang ditetapkan. Dari 30 murid yang diberi tes , hanya 8 orang atau 26,66 % yang mampu menggunakan struktur kalimat Tanya bahasa Indonesia dengan cara medambahkan kata apa (-kah), kata Tanya siapa, kapan, bagaimana, apa, dan mengapa, peambahan pertikal –kah, kata Tanya digabungkan propesi di, ke, dan dari, dengan memperoleh nilai 6,5 ke atas hanya 8 orang atau 26,66 % dan 22 orang atau 73,34 % yang belum mampu menggunakan struktur kalimat Tanya bahasa Indonesia dengan cara memadai kalimat Tanya dengan intonasi yang naik, membalikkan urutan kata dengan memakai partikel –kah, dengan nilai 6,5 ke bahawah.
Dari hasil analisis penelitian ini telah terbukti bahwa murid kurang mampu dalam menggunakan struktur kalimat Tanya bahasa Indonesia yang baik dan benar, sejalan dengan pendapat Badudu, (1987 : 51) bahwa salah satu penyebabnya adalah :
Pengetahuan dasar yang dimiliki murid kurang ,
Cara mengajar guru yang kurang menarik.
Pemeriksaan hasil belajar murid yang kurang medapat koreksi dengan baik dan teliti,
Factor lingkungan kurang mendukung, yaitu kebanyakan bertempat tinggal jauh dari perkotaan dan kurang mampu berbahasa Indonesia.
Berdasarkan kenyataan tersebut, diprediksi bahwa cara mengajar gurur pada mata pelajaran bahasa Indonesia kurang menarik. Hal tersebut dapat mempengaruhi cara belajar murid. Walaupun murid mempunyai minat terhadap mata pelajara bahasa Indonesia tetapi karena cara gurunya dalam mengajar kurang baik, maka minat dan motovasi todak terarah dengan baik.
Sejalan dengan hal di atas, bila murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng belum mampu menggunakan struktur kalimat Tanya bahasa Indonesia sebagai yang diharapkan dengan upaya untuk meningkatkan Kemampuan Menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia dengan cara member tugas di rumah dan dikoreksi dengan teliti oelh guru. Hal ini akan menjadi murid giat belajar dan berlatih terhadap tugas pelajaran yang diberikan oleh guru.
Selain itu di atas faktor lingkungan juga sangat mendukung, seperti tempat tinggal jauh dari perkotaan dan masyarakat kurang mampu berbahasa Indonesia, pendikan keluarga kurang, keadaan ekonomi keluarga, dan sebagian bahasa Indonesia dianggap asing dalam kelarga. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap kemampuan menggunakan struktur kalimat Tanya bahasa Indonesia.




BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Kemampuan Menerapkan Struktur Kalimat Tanya Bahasa Indonesia murid Kelas V SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng dalam menerapkan truktur kalimat Tanya bahasa Indonesia dengan baik dan benar belum dikategorikan belum mampu.
SARAN
Berdarkan data temuan dalm penelitian ini, maka penulis menyampaikan saran-saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyikapi penelitian ini yaitu :
Guru bahasa Indonesia selalu mencari teknik penyajian materi pelajaran yang dapat meningkatkan motovasi belajar murid dalam belajar bahasa Indonesia.
Guru hendaknya selalu memberikan latihan berbahasa secara fungsional dan kontekstual.
Pekerjaan rumah yang diberikan kepada murid hendaknya dikoreksi dengan teliti dan hasilnya dikembalikan kepada murid.
Guru bahsa Indonesia pada tingkat SD, khusunya pada SD Inpres Bateballa Kabupaten Bantaeng, hendaknya memilih media yang tepat, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pengajaran pengajaran struktur kalimat Tanya.
Guru bahasa Indonesia hendaknya mencari faktor penyebab kesulitan belajar murid murid dalam mempelajari struktur kalimat Tanya untuk memberikan pengajaran remedial yang efektif.
Bagi peneliti yang lanjutkan penelitian ini, agar dapat mengambil populasi yang lebih luas dengan menggunakan bentuk essay.













DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, H. 1991. Kemampuan Membuat Variasi Kalimat Siswa SD Negeri Watampone. Skripsi. ujung pandang. FBS UNM.
Ahmadi, Muhsin, dkk, 1981. Kemampuan Mengapresiasikan Prosa Siswa Di Spg Jawa Timur, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud.
Ali, L. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ali, N . 2005.Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Strategi. Bandung : Angkasa.
Alim, djeniah, 2000.lancar berbahasa untuk sekolah dasar kelas v jakarta :depdikbud.
Alisyahbana,S.T. 1993. Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Jilid 1 . jakarta: Depdikbud.
Arikunto, S. 1992. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Hanafie, S.H 1997. Laporan Penelitian Kemampuan Siswa Kelas II SPGN di Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: FPBS IKIP UP.
Moeliono, A.M. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia . Jakarta : Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.
Muing. 1994. Penguasaan Struktur Kalimat Bahasa Indonesia Siswa Sd Negeri Amali Kabupaten Bone. Skripsi. Watampone. STKIP.
Muslich. 1990. Morfologi Bahasa Indonesia. Bandung : Angkasa.
Parera, J. D.1998. Sintaksis. Yogyakarta : CV. Karyono
Rokhmah. 1994. Kemampuan Mengembangkan Kalimat Tunggal Menjadi Kalimat Majemuk Bertingkat Siswa Kwelas 11 Sma Negeri 2 Makassar. Skripsi. Makassar: FBS UNM.
Sugono,Dendy. 1996. Lancar Berbahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar Kelas 1V dan V1. Jakarta: Depdikbud.
Yohanes, Y. S. 1991. Kalimat Dalam Penulisan Karangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Previous
Next Post »

2 komentar

Click here for komentar
Unknown
admin
13 September 2015 pukul 03.54 ×

Maaf, bisa minta identitas lengkap penulis skripsi di atas tidak? Saya perlu untuk penelitian saya.

Reply
avatar